- Rasio penerimaan pajak terhadap PDB di Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia.
- Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya reformasi pajak dengan mengesahkan UU Harmonisasi Perpajakan (UU HPP) pada Oktober 2021.
- Indonesia masih perlu memperbaiki efisiensi pengumpulan pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk mencapai potensi penerimaan yang optimal.
Pekan lalu, Bank Dunia (World Bank) melaporkan dalam publikasinya yang berjudul Estimating Value Added Tax (VAT) and Corporate Income Tax (CIT) Gaps in Indonesia. Laporan tersebut disusun oleh tim Bank Dunia untuk mendukung laporan utama Bank Dunia mengenai pajak korporasi dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Indonesia.
Bank Dunia menyoroti bahwa efisiensi pengumpulan pajak di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Rasio penerimaan pajak terhadap PDB tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia dan bahkan mengalami tren penurunan dalam dekade terakhir.
Meskipun efisiensi pemungutan pajaknya masih rendah, PPN dan PPh Badan tetap menjadi sumber utama pendapatan pemerintah. Namun, sebagian besar potensi pajak yang hilang dari kedua instrumen ini belum sepenuhnya dipahami.
Penelitian Bank Dunia yang dirilis Senin pekan lalu mengungkapkan bahwa rata-rata kesenjangan dalam PPN dan PPh Badan mencapai 6,4 persen dari PDB antara 2016 dan 2021. Ketidakpatuhan menjadi faktor utama penyebab hilangnya penerimaan pajak, berkontribusi hingga 58 persen dari total potensi pendapatan yang tidak terealisasi. Tingkat ketidakpatuhan ini cukup tinggi dibandingkan negara lain dan meningkat drastis pada 2020, kemungkinan besar akibat dampak ekonomi pandemi COVID-19 yang mendorong lebih banyak insentif untuk menghindari atau menunda pembayaran pajak.
Meskipun sempat menurun sedikit pada 2021, tingkat ketidakpatuhan masih lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi. Sementara itu, kesenjangan kebijakan relatif lebih kecil, tetapi tetap berdampak signifikan terhadap hilangnya pendapatan negara. Penyesuaian seperti deflasi ambang batas nominal telah membantu mengurangi ruang lingkup insentif pajak bagi usaha kecil dan menengah dalam sistem PPN dan PPh Badan.
Secara keseluruhan, Indonesia masih tertinggal dalam hal pengumpulan pajak. Kinerja Indonesia secara signifikan kurang baik dalam hal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Penghasilan Badan pemungutan pendapatan. Rasio penerimaan pajak terhadap PDB adalah Pajak (PPN), sumber utama penerimaan pajak, termasuk yang terendah di dunia, yang berkinerja di bawah potensinya. Indonesia mengalami dampak negatif yang memprihatinkan dibandingkan dengan kondisi struktural dan regional Indonesia. Rasio penerimaan pajak terhadap PDB hanya mencapai 9,1 persen pada 2021. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah di kawasan Asia, seperti Kamboja (18,0 persen), Malaysia (11,9 persen), Filipina (15,2 persen), Thailand (15,7 persen), dan Vietnam (14,7 persen).
Selain itu, tren rasio pajak terhadap PDB di Indonesia mengalami penurunan selama dekade terakhir. Dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu, angka tahun 2021 mencerminkan penurunan sekitar 2,1 persen. Pandemi COVID-19 semakin memperburuk situasi ini, menyebabkan penurunan tajam hingga 8,3 persen dari PDB pada 2020.
Untuk meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah mengesahkan Undang-Undang Harmonisasi Perpajakan (UU HPP) pada Oktober 2021. Kebijakan ini mencakup kenaikan tarif standar PPN, penghapusan sejumlah pengecualian pajak, serta pembatalan rencana pengurangan tarif PPh Badan yang sebelumnya telah diatur.
Implementasi UU HPP diprakirakan akan meningkatkan penerimaan pajak sekitar 0,7 persen hingga 1,2 persen dari PDB per tahun antara 2022 hingga 2025 (World Bank, 2021). Namun, meskipun berbagai langkah telah diambil, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam pengumpulan pajak dan perlu terus melakukan reformasi untuk meningkatkan efisiensi serta kepatuhan wajib pajak.
Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.
Berita Terkini
Pilihan Editor

Harga Emas Mencapai Tertinggi Baru Sepanjang Masa menjelang Tarif Timbal Balik Trump
Harga Emas (XAU/USD) kembali naik selama dua hari minggu ini dan untuk hari pertama kuartal kedua tahun 2025. Logam mulia ini diperdagangkan sedikit di atas $3.130 pada saat berita ini ditulis dan tertinggi baru sepanjang masa tercatat di $3.149 pada hari Selasa.

EUR/USD Naik Tipis setelah Rilis HICP Pendahuluan Zona Euro, Tarif Trump Tetap Penting
EUR/USD menarik beberapa penawaran beli dan naik ke dekat 1,0820 selama perdagangan sesi Eropa pada hari Selasa setelah rilis data Indeks Harga Konsumen Diharmonisasi (Harmonized Index of Consumer Prices/HICP) pendahuluan Zona Euro untuk bulan Maret dan Tingkat Pengangguran Zona Euro untuk bulan Februari.

Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Berdiri Tegak saat Keresahan Tarif Mengalahkan Kondisi Jenuh Beli
Harga Emas mendekati level psikologis $3.150 dalam perdagangan sesi Asia pada hari Selasa, melanjutkan rally rekor. Para pembeli Emas dengan antusias menunggu pengumuman AS soal "tarif timbal balik" pada hari Rabu untuk mendapatkan dorongan arah baru.

Deteksi level-level utama dengan Technical Confluence Detector
Tingkatkan titik entri dan exit Anda juga dengan Technical Confluence Detector. Alat ini mendeteksi pertemuan beberapa indikator teknis seperti moving average, Fibonacci atau Pivot Points dan menyoroti indikator tesebut untuk digunakan sebagai dasar berbagai strategi.

Ikuti pasar dengan Grafik Interaktif FXStreet
Jadilah trader yang cerdas dan gunakan grafik interaktif kami yang memiliki lebih dari 1500 aset, suku bunga antar bank, dan data historis yang luas. Ini merupakan alat profesional online wajib yang menawarkan Anda platform waktu riil yang dapat disesuaikan dan gratis.