- Rupiah Indonesia melemah ke 16.740 per USD, meski Dolar AS turun; BI intervensi di pasar NDF untuk stabilkan kurs.
- Gejolak pasar global meningkat akibat perang tarif AS–Tiongkok; pasar Asia dan saham Jepang tertekan.
- Data inflasi Indonesia Maret akan dirilis besok pasca libur panjang Idul Fitri, diprakirakan alami lonjakan.
Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih menunjukkan pelemahan di awal pekan ini. Pada hari Senin, Rupiah diperdagangkan di kisaran 16.740 per Dolar AS, dengan pasangan USD/IDR mencatatkan kenaikan sebesar 0,48% dalam sepekan terakhir. Meskipun Dolar AS mengalami pelemahan, mata uang Garuda belum mampu memanfaatkan momen tersebut untuk menguat.
Kondisi ini diperparah oleh situasi pasar Asia yang turut berada di zona merah. Pasar saham Jepang mencatat penurunan tajam, turun hingga 8,5%—level terendah sejak Oktober 2023. Sentimen negatif turut menyeret pasar emerging market, termasuk Indonesia.
Dalam menghadapi tekanan global tersebut, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung pada 7 April 2025 memutuskan untuk melakukan intervensi di pasar off-shore melalui instrumen Non Deliverable Forward (NDF). Langkah ini diambil sebagai upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah tekanan yang meningkat akibat ketegangan perdagangan global.
Tekanan terhadap Rupiah mulai muncul sejak libur panjang Idul Fitri 1446 H, saat pasar domestik tutup dan aktivitas perdagangan berpindah ke pasar off-shore. Gejolak ini diperkuat oleh kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat yang diumumkan pada 2 April 2025 dan dibalas oleh Tiongkok pada 4 April 2025. Situasi ini memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, mendorong arus modal keluar dan memperlemah mata uang negara berkembang.
Sementara itu, besok (Selasa, 8 April), pasar keuangan Indonesia akan kembali dibuka setelah libur panjang, dan para pelaku pasar akan mencermati rilis data inflasi domestik bulan Maret. Inflasi tahunan diprakirakan meningkat sebesar 1,16% dari -0,09%. Secara bulanan, inflasi diprakirakan naik ke 1,79% dari -0,48%. Selain itu, inflasi inti diprakirakan sedikit meningkat ke 2,50% dari 2,48%.
Di sisi lain, Dolar AS melemah pada awal sesi Eropa, dengan Indeks Dolar (DXY) turun ke 102,61, meskipun sempat melonjak ke 103,18 usai rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) AS. Data tersebut menunjukkan penambahan 228 ribu lapangan kerja baru pada Maret, jauh di atas ekspektasi 135 ribu dan revisi turun dari angka sebelumnya sebesar 151 ribu menjadi 117 ribu. Meski demikian, tingkat pengangguran naik menjadi 4,2%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya 4,1%.
Pendapatan per jam rata-rata, indikator penting untuk pertumbuhan upah, tercatat naik 3,8% secara tahunan, sedikit di bawah ekspektasi 3,9% dan angka bulan lalu sebesar 4%.
Dari Beijing, pemerintah Tiongkok mengumumkan akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 34% terhadap semua impor dari AS mulai 10 April. Selain itu, 16 entitas AS masuk dalam daftar kontrol ekspor, dan 11 lainnya dimasukkan ke daftar entitas yang tidak dapat diandalkan. Pemerintah Tiongkok juga telah membawa isu ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk mencari kejelasan hukum atas tindakan balasan tersebut.
Menanggapi perkembangan ini, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa kebijakan tarif terbaru dari Trump lebih besar dari prakiraan, dan berpotensi memicu inflasi serta memperlambat pertumbuhan ekonomi. "Terlalu dini untuk menentukan arah kebijakan moneter yang tepat," ujarnya. Powell menegaskan bahwa tugas utama The Fed saat ini adalah mencegah lonjakan harga sesaat menjadi inflasi yang berkelanjutan.
Ketidakpastian global yang terus membayangi, ditambah dengan data domestik yang akan segera dirilis, berpotensi membuat arah pergerakan Rupiah dan pasar keuangan Indonesia pekan ini sangat dinamis dan penuh risiko.
Indikator Ekonomi
Inflasi (Bln/Bln)
Indeks Inflasi dirilis oleh Indonesia Statistik adalah ukuran pergerakan harga dengan perbandingan antara harga eceran contoh perwakilan barang dan jasa. Kekuatan pembelian Rupiah Indonesia terseret oleh inflasi. IHK digunakan sebagai indikator kunci untuk mengukur inflasi dan perubahan dalam tren pembelian. Secara umum, pembacaan yang tinggi dipandang sebagai positif (atau bullish) untuk mata uang Rupiah, sementara pembacaan yang rendah dipandang sebagai negatif (atau bearish).
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Sel Apr 08, 2025 04.00
Frekuensi: Bulanan
Konsensus: 1.79%
Sebelumnya: -0.48%
Sumber: Statistics Indonesia
Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.
Berita Terkini
Pilihan Editor

EUR/USD Tetap Lemah di Sekitar 1,1350 setelah Naik selama Dua Hari
Pasangan mata uang EUR/USD melemah selama perdagangan sesi Asia pada hari Senin, melayang di sekitar 1,1360 setelah membukukan kenaikan dalam dua sesi sebelumnya. Pasangan mata uang ini menguat akibat melemahnya Dolar AS (USD).

GBP/USD tetap Stabil di Dekat 1,3100, Pembeli Unggul di Tengah Dolar AS yang Bearish
Pasangan mata uang GBP/USD bergerak lebih tinggi di awal minggu baru dan diperdagangkan sedikit di bawah level 1,3100 selama perdagangan sesi Asia, tidak jauh dari swing high hari Jumat.

Prakiraan Harga Emas: Rally Rekor XAU/USD Terhenti di Tengah Konsesi Tarif Trump
Harga Emas mempertahankan penurunan dari rekor tertinggi $3.245 yang dicapai pada hari Jumat, kembali menuju $3.200 pada pagi hari Senin. Setelah mencatatkan kenaikan mingguan yang luar biasa sebesar 6,5%, harga Emas memulai pekan baru dengan tertekan.

Deteksi level-level utama dengan Technical Confluence Detector
Tingkatkan titik entri dan exit Anda juga dengan Technical Confluence Detector. Alat ini mendeteksi pertemuan beberapa indikator teknis seperti moving average, Fibonacci atau Pivot Points dan menyoroti indikator tesebut untuk digunakan sebagai dasar berbagai strategi.

Ikuti pasar dengan Grafik Interaktif FXStreet
Jadilah trader yang cerdas dan gunakan grafik interaktif kami yang memiliki lebih dari 1500 aset, suku bunga antar bank, dan data historis yang luas. Ini merupakan alat profesional online wajib yang menawarkan Anda platform waktu riil yang dapat disesuaikan dan gratis.